Beranda | Artikel
Kunci Memperbaiki Amal Ibadah
Kamis, 26 Oktober 2023

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Kunci Memperbaiki Amal Ibadah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 2 Rabi’ul Akhir 1445 H / 17 Oktober 2023 M.

Kunci Memperbaiki Amal Ibadah

Imam An-Nawawi membawakan hadits:

وعن مُعَاذٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَخْبِرْني بِعَمَلٍ يُدْخِلُني الجَنَّةَ وَيُبَاعِدُني مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: «لَقَدْ سَألتَ عَنْ عَظيمٍ، وإنَّهُ لَيَسيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ: تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وتُؤتِي الزَّكَاةَ، وتَصُومُ رَمَضَانَ، وتَحُجُّ البَيْتَ» ثُمَّ قَالَ: «ألاَ أدُلُّكَ عَلَى أبْوابِ الخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الخَطِيئَةَ كَما يُطْفِئُ المَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ» ثُمَّ تَلا: {تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ المَضَاجِعِ} حَتَّى بَلَغَ {يَعْمَلُونَ} ثُمَّ قَالَ: «ألا أُخْبِرُكَ بِرَأسِ الأَمْرِ، وَعَمُودِهِ، وَذِرْوَةِ سِنَامِهِ» قُلْتُ: بَلَى يَا رسولَ اللهِ، قَالَ: «رَأسُ الأمْر الإسْلامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةِ سِنَامِهِ الجِهادُ» ثُمَّ قَالَ: «ألاَ أُخْبِرُكَ بِمِلاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ!» قُلْتُ: بلَى يَا رَسولَ اللهِ، فَأخَذَ بِلِسانِهِ وقال: «كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا» قُلْتُ: يَا رسولَ الله وإنَّا لَمُؤاخَذُونَ بما نَتَكَلَّمُ بِهِ؟ فقالَ: «ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ! وَهَلْ يَكُبُّ الناسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن صحيح»، وَقَدْ سبق شرحه في باب قبل هَذَا

Dari Mu’adz Radhiyallahu ‘Anhu, katanya: “Aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku dengan suatu amal yang dengan sebab amal tersebut aku masuk surga dan dijauhkan dari api neraka.’ Maka kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ‘Sungguh kamu telah bertanya tentang sesuatu yang besar, dan sesungguhnya apa yang kamu tanyakan adalah sesuatu yang mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah. Yaitu kamu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun, kamu menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa dibulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.’

Kemudian beliau berkata: ‘Maukah kamu aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, sedekah itu memadamkan dosa seorang hamba sebagaimana air memadamkan api dan shalatnya seseorang di tengah malam.’

Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca:

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ‎﴿١٦﴾‏ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ‎﴿١٧﴾

‘Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.’ (QS. As-Sajdah[32]: 16-17)

Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Maukah engkau saya beritahu tentang pangkal dari semua urusan, tiangnya dan puncak kemuliaannya?’ Aku menjawab: ‘Mau, Ya Rasulullah.’ Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Pangkal dari semua perkara adalah Islam, tiangnya ialah shalat, dan puncak kemuliaannya adalah berjihad di jalan Allah.’

Selanjutnya beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Maukah aku sebutkan sesuatu yang dengannya engkau bisa menguasai semuanya itu?’ Aku menjawab: ‘Tentu, Ya Rasulullah.’ Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian memegang lidah beliau lalu bersabda: ‘Kendalikanlah benda ini.’ Aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah kita akan disiksa oleh Allah lantaran apa yang kita bicarakan?’ Maka kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ‘Ibumu kehilangan kamu Wahai Mu’adz, bukankah manusia diseret dengan wajahnya ke dalam neraka disebabkan karena karatan-karatan lisan-lisan mereka?`” (HR. Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih)

Yang bisa diambil dari hadits ini adalah semangat dan keutamaan Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu, apalagi beliau adalah orang yang sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengatakan:

يَا مُعَاذُ، وَاللهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، وَاللهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ

“Wahai Mu’adz, Demi Allah, sesungguhnya aku cinta kepada engkau. Demi Allah, sesungguhnya aku cinta kepada engkau.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Kemudian, hadits ini menjelaskan kepada kita tentang pentingnya bertanya kepada seorang yang alim tentang hal-hal yang kita tidak mengetahuinya, terutama yang berkaitan dengan masalah agama, aqidah, akhlak, dan muamalah. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Kemudian, ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan pada Mu’adz bin Jabal: “Kamu bertanya tentang suatu perkara yang besar.” Ini jelas, karena perkaranya adalah tentang amalan yang dengan mengamalkannya menyebabkan seseorang dimasukkan dalam surga Allah dan dijauhkan dari api neraka. Tentu ini adalah masalah yang amat besar yang diupayakan oleh seorang mukmin.

Kita beribadah pada Allah, kita mohon ampun kepada Allah, kita berharap kepada Allah dalam rangka menjaga diri kita dari azab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan Allah memerintahkan kepada kita dalam Al-Qur’anul Karim:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا…

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim[66]: 6)

Maka seorang mukmin berupaya semaksimal mungkin dan dia berharap hanya kepada Allah Ta’ala agar diselamatkan dari azab Allah dan dimasukkan ke dalam surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kewajiban Menjaga Lisan

Menit ke-43:48 Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang kewajiban untuk menjaga lisan. Lisan ini berbahaya. Orang yang berbicara seenaknya dan tidak menjaga lisannya akan dibenci oleh manusia. Tidak ada orang yang senang pada orang yang lisannya “panjang”. Orang akan senang pada orang yang menjaga lisannya. Apalagi mubaligh (pendakwah) harus lebih mampu menjaga lisan, jangan sembarangan berbicara. Dan jangan seseorang merasa bahwa setiap yang dibicarakan itu benar. Hati-hati dan waspada, apalagi dizaman fitnah, zaman dimana banyak gejolak dan konflik terjadi. Tidak ada gejolak saja kita diperintahkan untuk menjaga lisan, apalagi disaat banyaknya fitnah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

…وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا…

“Ucapkanlah pada manusia kalimat-kalimat yang baik.” (QS. Al-Baqarah[2]: 83)

Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَو لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia berbicara yang baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Lihat juga: Hadits Arbain ke 15 – Berkata Baik, Memuliakan Tamu dan Adab Bertetangga

Hal ini adalah agar kita menjaga diri, apalagi dizaman yang penuh fitnah dan banyak tukang-tukang fitnah yang ingin memperkeruh permasalahan dan mengadu domba antara kaum muslimin, antara saudara dengan saudara yang lainnya.

Maka, jagalah lisan. Apalagi seorang mubaligh, jaga lisannya. Jangan sampai seorang mubaligh memiliki lisan yang “panjang”. Takutlah kepada Allah terhadap kehormatan kaum muslimin, hormatilah guru-gurumu, dan jangan biarkan lisanmu menjadi panjang. Ini adalah adab penting yang diajarkan oleh Islam kepada kita.

Maka, menjaga lisan adalah perintah yang sangat ditekankan oleh Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Betapa banyak perselisihan, kerusakan, dan musibah terjadi, dan salah satu sebabnya adalah lisan yang tidak terjaga.

Lihat juga: Penjarakan Lisanmu

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53504-kunci-memperbaiki-amal-ibadah/